5 Senyawa Ganja yang Ampuh Mengobati Berbagai Penyakit Berat
Home
» Kesehatan
» 5 Senyawa Ganja yang Ampuh Mengobati Berbagai Penyakit Berat
Friday, November 30, 2012
5 Senyawa Ganja yang Ampuh Mengobati Berbagai Penyakit Berat
Terdapat
lebih dari 400 senyawa cannabinoids yang terdapat pada sebuah pohon
ganja. Beberapa diantara senyawa tidak beracun tersebut terbukti mampu
mengobati kanker, mengurangi kecenderungan psikotik pasien schizophrenia
dan mengobati berbagai penyakit kronis lainnya.
Senyawa-senyawa
berkhasiat medis tersebut diantaranya seperti cannabidiol (CBD),
cannabinol (CBN), cannabichromene (CBC), cannabigerol (CBG) dan
tetrahydrocannabivarin (THCV).
Tidak
seperti delta-9-tetrahydrocannabinol (THC), kandungan psikoaktif ganja,
mengonsumsi senyawa-senyawa tersebut tidak dapat membuat Anda mabuk.
Sayangnya di Indonesia, UU Narkotika No. 35 Tahun 2009, memasukan senyawa-senyawa tersebut sebagai Narkotika Golongan 1.
Dimata
pemerintah Indonesia, senyawa-senyawa cannabinoids non-psikoaktif
dianggab sama berbahayanya dengan heroin maupun Napza lainnya.
Berbeda
dengan pandangan para peneliti medis di dunia, senyawa-senyawa
cannabinoids tersebut justru mampu menjadi obat yang aman dan efektif
dalam melawan penyakit-penyakit kronis. Untuk itu mari kita lihat lebih
dalam mengenai senyawa-senyawa berkhasiat ilegal tersebut.
Cannabidiol (CBD)
Setelah
THC, CBD merupakan cannabinoids yang paling banyak ditelaah oleh
ilmuwan. ditemukan pertama kali tahun 1940, mayoritas ilmuwan mengatakan
bahwa CBD mungkin saja menjadi satu-satunya cannabinoid yang paling
penting. Bahkan para ilmuwan menganggab CBD sebagai senyawa medis
terbaik yang dimiliki pohon ganja.
Hasil
studi Antonio Zuardi yang diterbitkan The Brazilian Journal of
Psychiatry tahun 2008 menemukan berbagai potensi medis dari cannabidiol
untuk mengobati parkinson, alzheimer, serebral iskemia, diabetes,
rheumatoid arthritis, inflamasi, mual dan kanker.
Tahun
2009, ilmuwan dari Israel dan Itali mengembangkan temuan tersebut dan
menemukan bahwa CBD memiliki sifat anxiolytic (anti-cemas),
anti-psikotik, anti-epilepsi, neuroproteksi, vasorelaxant (memperbesar
pembuluh darah), antispasmodic (meringankan keram otot), anti-ischemic
(memperlancar suplai darah), anti-kanker, antiemetic (menghilangkan mual
dan muntah), anti-bakteri, anti-diabetes, anti-inflammatory (anti
peradangan/pembengkakan), dan merangsang pertumbuhan tulang.
Martin
Lee, pendiri dan direktur Project CBD, menjuluki cannabidiol sebagai
"The Cinderella Molecule"; Senyawa mungil yang tidak beracun,
non-psikoaktif dan multiguna.
Cannabinol (CBN)
Cannabinol
adalah produk turunan dari THC. Pertama ditemukan ilmuwan pada tahun
1896. Senyawa cannabinol ditemukan dapat membantu proses tidur,
mengurangi rasa sakit maupun keram, memperlambat gejala ALS (Penyakit
Lou Gehrig), meningkatkan nafsu makan, dan menghentikan penyebaran
residu obat-obat tertentu.
Cannabichromene (CBC)
CBC
pertama kali ditemukan tahun 1966. Secara khusus banyak ditemukan pada
tanaman ganja yang baru panen. Namun, penelitian terhadapnya belum
dilakukan sebanyak CBD ataupun CBN.
Sebuah
ringkasan jurnal-jurnal di tahun 2009 menemukan fungsi CBC sebagai
anti-inflammatory (anti peradangan/pembengkakan), anti-mikroba,
analgesik, anti-kanker, dan merangsang pertumbuhan tulang.
Penelitian terbaru di tahun 2011 menemukan bahwa CBC dapat mempengaruhi ujung syaraf otonom dalam memodifikasi rasa sakit.
Cannabigerol
Sama
seperti CBC, CBG juga kurang mendapat perhatian serius dari para
ilmuwan. Terlihat dari sedikitnya jurnal yang mengemukakan efek medis
senyawa tersebut. CBG pertama kali ditemukan pada tahun 1964.
Berdasarkan
hasil temuan dalam The British Journal of Pharmacology tahun 2011,
ekstraksi CBG-chemotype dapat dijadikan agen antiseptik yang sempurna
dan aman untuk membunuh bakteri.
Studi
terbaru kemudian menemukan bahwa senyawa non-psikoaktif tersebut mampu
mengobati berbagai gangguan sistem syaraf otonom, termasuk epilepsi.
Tetrahydrocannabivarin
Ditemukan
tahun 1970, THCV merupakan senyawa khas yang dapat ditemui pada hashish
Pakistan dan cannabis yang berasal dari selatan afrika.
Berdasarkan
dosisnya, THCV dapat menjadi agen antagonis bagi THC (dosis rendah THCV
dapat menurunkan nafsu makan) atau malah sebaliknya (dosis tinggi THCV
bermanfaat untuk proses pembentukan tulang).
Tidak
seperti CBD, CBN, CBC, dan CBG, dosis tinggi THCV mampu membuat Anda
mengalami fenomena "melayang" (lebih rendah dari THC).